Kurniadi Ilham / Jambi – Jambi
“Sounds of The River”
“Sounds of The River”
Oleh Kurniadi Ilham
Jambi – Jambi
RISET GAGASAN
Sounds Of The River dilatarbelakangi oleh ketertarikan tentang sastra lisan Tapa Malenggang. Tapa Malenggang berkembang di daerah Muara Bulian yang terletak di pinggir sungai Batang Hari, kabupaten Batang Hari. Tapa merupakan sosok dewa yang bisa berwujud seperti manusia dan ikan, yang bertugas menjaga sungai Batang Hari. Tapa Malenggang memiliki 3 orang sepupu laki-laki: Siti Muno, Rajo Mudo, dan Mabang di Rete. Ketiganya mendapat tugas dan gelar yang diberikan oleh ayahnya Datuk si Panjang Janggut. Siti Muno bertugas di Muaro Sungai Temsu bergelar Ular Bide. Rajo Mudo bertugas memasang Menteban Besi[1] di Gemulan Tujuh Uluan Sungai Batang Hari. Mabang Di Rete bergelar Labi-labi Putih bertugas di Sungai Bekal oleh ayahnya Datuk Seh Sepanjang Janggut, dan dia dibekali satu keris bernama Secangkir Ufas. Bersumber dari cerita rakyat ini, diketahui bahwa Tapa Malenggang mengemban tugas untuk menjaga sungai Batang Hari. Berbekal kesaktian yang mereka miliki untuk membantu masyarakat dan bermukim di Hulu Sungai Batang Hari.[2]
Cerita tersebut menjadi inspirasi dalam memotret kondisi sungai Batang Hari masa kini. Eksploitasi sungai selalu terjadi dari tahun ke tahun, penambangan emas ilegal, limbah merkuri yang mencemari sungai, erosi karena penebangan hutan yang menyebabkan kedangkalan, menjadi kasus yang mengancam kehidupan ekosistem sungai di masa sekarang dan di masa depan. Tapa dalam sastra lisan Tapa Malenggang merupakan sosok yang memiliki peran penting dalam menjaga sungai Batang Hari dengan kearifan yang terkandung di dalam kisahnya. Dalam situasi sekarang, eksploitasi yang terus terjadi di sungai Batang Hari tidak hanya dilakukan oleh pihak penambang dan penebang hutan, tapi oleh masyarakat sendiri. Masyarakat tak ayal menjadi pelaku juga menjadi korban dari perusakan lingkungan sungai.
Dulu ada tradisi Bekarang Besamo, sebuah tradisi menangkap ikan bersama-sama dengan alat tradisional. Dalam kegiatan ini, kita bisa melihat bagaimana kepedulian dan kebersamaan masyarakat dalam menjaga sungai Batang Hari. Bagi masyarakat dusun di Batang Hari ekspresi rasa kepedulian sudah menjadi kebiasaan yang terbentuk akibat pengaruh budaya dan agama. Tradisi tersebut menunjukkan sesungguhnya masyarakat memiliki rasa kebersamaan, mereka melakukan reaksi spontan atas kerusakan lingkungan yang terjadi di kampung mereka. Hanya saja refleks kepedulian terhadap perusakan lingkungan mulai berkurang karena faktor ekonomi dan pengaruh kebijakan politik.
Saya dan komunitas Mendalo Dance Project akan bekerjasama dengan masyarakat di Muaro Jambi untuk menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan terutama sungai Batang Hari. Kolaborasi ini berusaha menciptakan praktik koreografi di ruang publik dengan mengajak masyarakat untuk menghentikan eksploitasi juga memberikan kesadaran untuk menjaga dan merawat sungai Batang Hari dan ekosistem di sekitarnya. Harapan kami adalah mendapatkan solusi untuk pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat yang terjebak dalam kondisi ambivalensi.
MENGUNJUNGI MASYARAKAT BATANG HARI
Pada bulan Agustus 2021, kami mendatangi warga yang berada di desa Kedotan dan desa Tantan, dua desa yang terletak di kabupaten Batang Hari. Mulai dari bulan Agustus sampai dengan September kami bolak-balik ke desa tersebut dengan menempuh perjalanan 60 menit dari kota Jambi. Perjalanan ke desa harus menyeberangi sungai dengan menggunakan ketek, ketek merupakan alat transportasi mirip perahu yang digunakan untuk menyeberang dari satu desa ke desa yang lain.
Untuk mendapat pemahaman yang lebih jelas tentang suatu masalah diperlukan narasumber yang memiliki peran penting, yaitu masyarakat yang hidup di pinggir sungai. Juga pemangku adat yang mengetahui seluk beluk sungai Batang Hari. Di desa Kedotan kami menginap di salah satu rumah masyarakat dengan membawa persiapan logistik yang memadai. Tujuan kami di sana adalah menggali pengetahuan tentang kepedulian masyarakat, baik dengan sesamanya juga dengan sungai Batang Hari.
Dari beberapa orang yang kami wawancarai, rata-rata umur mereka diatas 50 tahun. Mereka benar-benar merasakan perubahan yang terjadi di sungai Batang Hari. Dulu masyarakat di dua desa tersebut bergantung hidup dari sungai, baik sebagai mata pencaharian dan juga sebagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti mandi, minum, dan mencuci. Menurut seorang penduduk desa, dulu saat masih kecil, air sungai Batang Hari sangat jernih sampai-sampai ikan yang berenang di dalam air kelihatan jelas dari pinggir sungai.
Eksploitasi yang terjadi di sungai Batang Hari dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya kurangnya kepedulian pemerintah terhadap kondisi sungai Batang Hari. Pemerintah tidak tegas dalam memberantas mafia korporasi yang menyebabkan eksploitasi. Situasi seperti ini menyebabkan timbulnya dilema di tengah masyarakat, antara pilihan ekonomi atau menjaga lingkungan.
RESIDENSI BODIES OF CARE
Salah satu kegiatan mingguan dari Dokumen Tari – Bodies Of Care adalah residensi dengan narasumber seperti LIGNA, Melati Suryodarmo, Sascia Baller, dan Butet Manurung.
Ligna
Dari presentasi Ligna, saya mendapat pemahaman tentang pertunjukan di ruang publik dan bagaimana mereka melakukan proyek-proyek performans berbasis instruksi. Eksplorasi yang dilakukan dapat mempolitisasi ruang melalui intervensi artistik dan media. Membangun momen spontan yang tak terkendali, dimediasi oleh instrumen rekam untuk didengarkan. Penonton mendapat kebebasan untuk memilih masuk dalam pertunjukan atau tidak sama sekali. Dari presentasi dan apresiasi beberapa pertunjukan Ligna seperti Radio Ballet, Dance Anywhere, dan The Call Of the Mall, membuat saya tertantang untuk membuat sebuah pertunjukan publik dengan menggunakan intervensi suara.
Butet Manurung
Butet Manurung adalah seorang pejuang pendidikan bagi anak-anak di daerah tertinggal. Presentasi Butet Manurung memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi saya bagaimana beradaptasi dengan masyarakat yang memiliki hukum adat yang kuat. Bagaimana hidup bersama mereka (Orang Rimba) dan memberi edukasi, salah satunya untuk menjaga hutan dari pemalakan liar. Presentasi ini sangat membantu saya dalam riset di lapangan untuk memperkuat gagasan yang akan saya tawarkan—bagaimana hidup beradaptasi dengan memberikan edukasi tanpa harus mengintervensi, memahami persoalan, dan memberikan solusi.
Sascia Bailers
Presentasi dari Sascia Bailers tentang kepedulian mengajarkan saya bahwa kepedulian merupakan sebuah bentuk kesadaran dan penyucian diri. Apakah selama ini kita sudah peduli? Atau selama ini kitalah yang eksploitatif? Pembahasan tentang kepedulian membuat saya melakukan refleksi.
Di Indonesia, khususnya di kampung saya, di Sumatera, kepedulian selalu berkaitan dengan kultur budaya dan agama, keduanya saling seimbang. Dari etika sehari-hari, berkegiatan sosial, dan lingkungan. Seperti di seni tari tradisi makna dan falsafahnya selalu berkaitan dengan kepedulian terhadap Tuhan, manusia, dan lingkungan.
Dalam keseharian, kepedulian sudah menubuh bagi masyarakat homogen. Tetapi menjadi persoalan ketika muncul pertanyaan: bagaimana kepedulian diwujudkan saat berada dalam masyarakat heterogen? Seringkali intervensi lingkungan, infrastruktur dan tekanan ekonomi mempengaruhi rasa kepedulian. Pengaruh ekonomi modern yang cenderung materialistis membuat makna kepedulian berubah, sering kali ia hanya menjadi stempel atau hiasan.
Dalam dunia pertunjukan menurut saya persoalannya tidak hanya mengenai interaksi performer dengan penonton secara fisik. Melainkan yang lebih penting yakni kesadaran akan fisik yang mau berbicara tentang apa. Hadirnya performer di atas panggung membawa sesuatu, kepedulian mereka tentang masalah manusia dengan manusia, atau manusia dengan lingkungan. Rasa kepedulian memberikan sebuah kesadaran bahwa manusia sebagai makhluk hidup itu saling membutuhkan.
MEMBUAT INSTRUKSI
Instruksi dari karya Sounds Of The River terinspirasi dari cerita masyarakat di pinggir sungai Batang Hari yang menjadi saksi dari perubahan kondisi sungai yang dulu jernih berubah warna menjadi cokelat. Juga eksploitasi yang terjadi dan kerinduan masyarakat terhadap sungai Batang Hari. Merepresentasikan pengalaman yang didapat ketika riset di Batang Hari, seperti menemukan sampah industri, sampah rumah tangga, sampah kayu, bangkai hewan yang hanyut, dan suara-suara mesin yang mengeksploitasi sungai. Partisipan akan digiring imajinasinya untuk menjadi sosok ikan yang hidup dalam sungai yang tereksploitasi.
Mentoring dari Ligna dan Melati Suryodarmo, serta diskusi bersama teman kontributor lain, ikut memperkuat sudut pandang dan gagasan. Termasuk dramaturgi yang ingin dibangun dalam rangkaian instruksi.
MEMBUAT RANCANGAN ARTISTIK
Rancangan artistik dari karya Sounds of The River tidak terlepas dari elemen utama yang ada di sungai Batang Hari, yakni pemilihan lokasi di dusun Bungin Petar, Desa Tantan. Desa ini terletak di pinggir sungai Batang Hari. Kami menggunakan 2 buah ketek. Sebagai elemen pendukung kami juga menggunakan tangkul, tangkul merupakan alat tangkap ikan tradisional yang digunakan masyarakat pinggir sungai Batang Hari. Elemen yang terakhir adalah pengeras suara: 2 buah speaker monitor dan 1 mixer.
UJI COBA PERTUNJUKAN
Uji coba yang dilakukan dalam kegiatan ini sangat membantu untuk melihat perspektif penonton khususnya di Jambi. Bagaimana pertunjukan Bodies Of Care mengarah kepada dua hal dalam segi penonton, yang pertama penonton yang dipersiapkan dari awal sebagai partisipan. Yang kedua penonton yang tidak dipersiapkan, seperti happening art (penciptaan peristiwa secara spontan tanpa ada perencanaan dalam aspek penonton). Uji coba kami lakukan di berbagai tempat di Jambi seperti di tempat keramaian jembatan Wisata Gentala Arasy, di pinggir sungai, dan di lingkungan kampus.
Dari beberapa uji coba yang dilakukan, kami menemukan bahwa publik di Jambi belum terlalu siap menerima pertunjukan yang bersifat spontan. Terbukti dari respon masyarakat yang menanggapi para partisipan seperti orang kesurupan, banyak juga yang tidak peduli terhadap aksi mereka. Untuk itu kami memutuskan dalam pertunjukan akan mengundang penonton sebagai partisipan. Mereka hadir sebagai penonton sekaligus sebagai peserta.
HARI H – PERTUNJUKAN
Pertunjukan dilakukan di pinggir sungai Batang Hari tempat kami melakukan riset, yakni dusun Bungin Petar, Desa Tantan. Lokasi tersebut dipilih karena sungai Batang Hari di titik itu memiliki sisi pantai yang luas. Sangat memungkinkan untuk mengundang penonton lebih banyak. Namun lokasi itu ternyata memiliki resiko tidak terduga, tepat di hari pertunjukan, air sungai tiba-tiba naik, hampir menutupi semua area pantai. Karena tidak bisa lagi pindah lokasi, akhirnya kami memutuskan untuk tetap melanjutkan pertunjukan dengan siap siaga akan keselamatan partisipan.
Dalam pertunjukan ini kami mengundang 25 orang partisipan untuk hadir. Mayoritas berasal dari provinsi Jambi dan sebagian memang hidup berdekatan dengan sungai Batang Hari. Selain itu juga melibatkan masyarakat sekitar sebagai kru artistik, konsumsi, dan partisipan.
TEMUAN-TEMUAN
Ada banyak proses kesadaran yang saya alami secara internal dan eksternal selama menjalani Bodies of Care. Pertama, kesadaran akan pentingnya melakukan riset untuk menyelami persoalan yang ingin dikemukakan. Bagaimana tahap-tahap mencari data yang valid, seperti informasi dari narasumber yang hidup berdekatan dengan objek penelitian demi mendalami persoalan. Dengan sadar pentingnya riset, seorang kreator akan mampu mempertanggungjawabkan karya yang dibuat.
Proses Bodies Of Care mengetuk kembali kesadaran akan pentingnya kepedulian terhadap sesama. Kepedulian yang sebenarnya dalam tradisi masyarakat sudah diajarkan dari kecil, yang juga ditemukan dalam riset di desa yang kami kunjungi. Hanya saja masyarakat kian individualistis dan materialistis. Banyak faktor yang mempengaruhi. Masyarakat urban misalnya, cenderung fokus dengan pekerjaan sendiri hingga akhirnya kepedulian terhadap lingkungan diserahkan saja kepada pemerintah. Padahal oksigen dan air bersih di perkotaan berasal dari desa-desa yang semakin lama menjadi korban eksploitasi. Kepedulian terhadap lingkungan memudar akibat faktor ekonomi.
Maka dari itu melalui proyek ini saya mengajak anak-anak muda di Jambi untuk sadar akan lingkungan yang tercemar. Seperti sungai yang banyak sampah dan air yang sudah bercampur minyak. Berusaha meningkatkan kepekaan untuk melihat kondisi lingkungan sekitar yang kadang terabaikan.
Beberapa partisipan dalam proyek ini memberi feedback mengenai sensitifitas yang muncul tentang kondisi lingkungan terutama sungai. Mereka membicarakan tentang kepedulian yang menubuh juga kepedulian yang bersifat reaksional, seperti membuang sampah sembarangan, sekarang secara spontan tidak melakukannya lagi.
Banyak rasa marah dan sedih muncul saat mengetahui lebih dalam seluk beluk Sungai Batang Hari. Marah mengetahui kondisi terkini sungai yang tercemar oleh minyak dan tanah. Sedih mendengar kerinduan masyarakat akan Batang Hari yang dulu. Kami lantas membayangkan bagaimana jernihnya air di sungai Batang Hari yang dahulu dapat langsung diminum. Kesedihan semakin berlipat-lipat rasanya lantaran tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan tindakan eksploitasi yang terlalu besar.
Kepedulian sebagai bagian dari cinta dan kasih sayang, tumbuh secara tidak langsung dari kelompok kecil yang melakukan riset dan perjalanan di Batang Hari. Kami menjadi keluarga kecil yang saling memahami. Ketika riset di di Batang Hari kami ditemani oleh seorang pemuda asli yang bermurah hati memberikan tempat menginap, kami tinggal di sana, hidup dengan secukupnya, mengamati masyarakat, mendengarkan cerita mereka. Hal tersebut kami lakukan berulang kali selama tiga bulan. Sampai-sampai Ibu yang punya rumah sudah menganggap kami sebagai anak sendiri. Beliau juga membantu sampai presentasi selesai. Setelah proses ini kami memiliki rumah untuk singgah ketika nanti hendak berkunjung kembali.
Salah satu ruang yang diberikan oleh DokumenTari adalah kesempatan untuk berkolaborasi dengan kontributor lain. Kesadaran kolaborasi memberikan perspektif baru tentang idealisme seniman yang berusaha menyesuaikan dengan gagasan kolaborator lainnya. Kepedulian yang diberikan oleh tim DokumenTari dalam mendampingi proses merupakan sebuah upaya dalam membangun cinta dalam kesenian. Saling mengayomi tanpa menjatuhkan dan saling memahami kekurangan dengan membimbing ke arah yang lebih baik. Hal-hal kecil dari kemanusiaan yang kerap terlupakan.
Kami pun menyampaikan rasa cinta terhadap sungai Batang Hari dengan melakukan apa yang bisa dilakukan melalui kesenian. Yakni memberikan kesadaran akan kompleksitas sungai Batang Hari melalui karya Sounds of The River.
[1] Menteban Besi: alat tangkap ikan berbentuk segi empat yang terbuat dari besi
[2] Sastra lisan masyarakat Jambi, tuturan dapat didengarkan: https://www.youtube.com/watch?v=aUxjRQL8gDM
The Narratives
of Indonesian
Dancescape